persahabatan abadi

persahabatan abadi

Rabu, 19 April 2017

LELAYU LAGI



Pada 6 Agustus 2016, malam hari, sahabat kita Triyowulyono yang akrab dipanggil Tiwul, mendahului kita untuk selama lamanya memenuhi panggilan Illahi. Setelah cukup lama menderita berbagai komplikasi akibat diabetesnya, keluar masuk rumah sakit di Kediri maupun di Mojowarno, sahabat kita tersebut menyerah. Meninggal dunia di Kediri, jenazahnya kemudian dibawa dan dimakamkan di Mojowarno, tempat kelahirannya pada tanggal 7 Agustus 2016. Tiwul yang beberapa tahun lalu pernah berkomentar mengenai teman teman yang meninggal dunia, bahwa “kok saiki antrean-ne tambah cepet yo….” pada akhirnya menyusul dalam antrean.
Dikenal sebagai pribadi yang grapyak dan mudah bergaul dengan siapa saja, Tiwul menamatkan kuliahnya di Fakultas Biologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga dan kemudian perjalanan hidupnya memang diabdikan di dunia pendidikan. Sebagai seorang alumnus Mojowarno, Tiwul kemudian terpanggil untuk ikut mendirikan SMA Kristen di Mojowarno dan menjadi kepala sekolahnya. Sebelum ada SMA, anak anak lulusan SMP Mojowarno harus melanjutkan sekolah lanjutan atas ke Jombang dengan sepedahan atau kost nduk Jombang, seperti yang dialami Tiwul dan konco konco alumni Mojowarno lainnya. Beberapa teman mengingat, Tiwul dulu kost di kediaman Bu Bidan Inswiadi bersama Parno, dan mondar mandir dengan sepeda tanpa boncengan. Kalau mau bonceng Tiwul harus duduk di plagrangan depan.
Tiwul juga aktif semasa SMA sebagai pemain inti volley ball dan sepakbola. Ia juga pemain gitar dan penyanyi yang bersuara merdu. Semasa mahasiswa, ia juga aktif di organisasi kemahasiswaan antara lain  menjadi Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Biologi bahkan pernah menjadi Ketua Dewan Mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana.
Hampir pada setiap acara reuni, almarhum senantiasa ikut hadir. Terakhir kali ketika reuni di Tretes, meskipun dengan kondisi kesehatan yang sudah tidak terlalu sehat, ia ikut hadir. Teman teman yang ikut menikmati tontonan di wahana Taman Safari Prigen, yang harus menempuh perjalanan kaki lumayan jauh dan menanjak, kiranya menjadi saksi betapa almarhum berusaha keras untuk tetap ikut, meskipun tertatih tatih dan harus digandeng teman teman. Ketika mbak Nana yang berdomisili di Amerika berlibur ke Malang, dan mendengar kabar bahwa ada konco konco yang mau ketemuan ke Malang, Tiwul ikut hadir karena merasa mbak Nana adalah sahabatnya ketika SMA. Saking penginnya ketemu, dia nekad naik kendaraan umum ke Kandangan dan nyegat mobilnya Robbie di situ. Sebagai seorang sahabat, almarhum memang seorang yang sungguh menyenangkan. Pada akhirnya ia pun harus menyerah pada kehendakNya, menyusul teman teman yang lebih dahulu kapundut. Berita duka pun menyebar dengan cepat dari teman ke teman yang mengantar kepergiannya dengan doa dan duka. Almarhum meninggalkan seorang isteri dan 4 putera (satu diantaranya sudah meninggal). Selamat jalan Wul…. 
…(yt/rob)