Rencana
yang disusun sejak awal Januari 2014 akhirnya bisa terwujud. Sejumlah 22 orang
keluarga alumni SMAN Jombang angkatan 66 dolin nyang pulau Lombok tanggal 12-14
Mei 2014, memenuhi ajakan keluarga Kol.(Purn) Hari Purnomo, yang akrab kita
kenal sebagai Cak Gempur. Setelah saling semayanan berkomunikasi via telpon,
sms dan blackberry grup, tanggal yang disepakati untuk pergi ke Lombok adalah tanggal 12 Mei, menginap dua malam dan
dolin bersama. Ambek cak Gempur acara iki dijenengno “Alumni SMAN Jombang
angkatan 66 nggolek padang howo nyang Lombok”. Merasa jenuh dan sumpek dengan keseharian nduk
Jakarta, Suroboyo dan Jombang, konco konco diajak nyebrang ke Lombok, dijak
mubeng mubeng ndelok keindahan Lombok yang eksotis, gak kalah karo Bali.
Pada
Senin siang 12 Mei, dengan pesawat Wings Air dari Bandara Juanda, mendaratlah
rombongan tamu : Kartinah, Jatmi, Sutri, Enny, Sri Mulyati, Hartin, Ventje
(nyonya Hariyanto), Kamadi, Djokomulyono, Tapto dan nyonya, An, Biyanto, Kapti,
Ratno dan nyonya, Yun dan suami serta Imam Thobroni. Kedatangan mereka disambut
cak Gempur dan Yogi di Bandara Internasional Lombok
(BIL). Kemudian bersama sama diangkut bus Damri yang sengaja dicharter oleh cak
Gempur. Menempuh jalan ke Bayan, Lombok Utara yang berjarak tempuh sekitar 2jam
lebih, melewati jalan berliku di lereng gunung Rinjani. Meskipun cukup
melelahkan dan jarak tempuh lumayan jauh, konco konco seperti biasa penuh
dengan gojegan dan guyon gak karuwan. Mas Biyanto yang sekarang dipanggil mas
SAS berduet dengan An terus menyemarakkan suasana dengan guyonan. Untuk
ngganjel perut, sudah disediakan oleh nyonya rumah satu dos kue di dalam bus. Lewat magrib, rombongan tiba di kediaman
keluarga Hari Purnomo disambut guyuran hujan. Memang mengherankan, kata warga
setempat, berhari hari cuaca panas dan nggak ada hujan, eh kedatangan tamu dari
alumni SMAN Jombang kok disambut udan deres. Mugo mugo pertanda curahan rejeki
bagi kita semua, khususnya keluarga tuan rumah. Amiin. Acara makan malam
lesehan lawuhnya serba ikan (ikan bakar, brengkes ikan, sup ikan. Didahului
dengan doa dan rasa syukur serta terima kasih atas penerimaan tuan rumah yang
luar biasa. Untuk pelengkap ada es degan, dan berbagai camilan lain, pokoknya
kenyang betul. Seragam kaos merah dibagikan pada peserta (untuk suami/isteri
warna hitam) guna dipakai pada acara besok. Rasanya masih mau jagongan dengan
gayeng, namun para tamu masih harus menempuh perjalanan menuju Senaru, sebuah
desa di lereng Rinjani, tempat mereka menginap. Karena hari sudah semakin malam begitu tiba di penginapan
dan pembagian kamar, konco konco sudah siap siap mau mapan turu. Mas Gempur dan
mbakyu masih sempat menghidangkan kentang goreng untuk camilan bagi mereka yng
masih mau cangkruk di depan bungalow masing masing, menikmati hawa dingin
gunung yang menusuk tulang. Sewaktu terbangun pada pagi hari, banyak yang
mengaku kagum menyaksikan keindahan panorama yang terhampar di depan mata.
Tampak gunung Rinjani begitu megah biru dan indah dengan kerimbunan hutan alami
dan sayup terlihat sebuah air terjun yang dinamai Sendang Gila. Sungguh
karuniaI llahi yang indah dan mentakjubkan di depan mata, kata teman2 ketika
sarapan bersama.Acara kemudian adalah tamasya ke Gili Air, neberang selat naik perahu rame rame. Kemudian menikmati keindahan pulau yang kebak turis bule, sambil santap siang bersama ikan bakar.. Belum puas menikmati keindahan pulau,
rombongan diajak balik ke daratan Lombok
karena harus menempuh perjalanan ke Mataram. Dalam perjalanan, sempat singgah
nduk pantai Senggigi yang terkenal. Sebagian lenggah lenggah menikmati degan
klopo ijo, sebagian shopping kaos2 dan ….. mutiara! Dari Senggigi
peserta masuk kota
Mataram menjelang magrib, ke hotel Ratih. Mergo wis kecapekan, arek arek masuk kamar terus
leyeh leyeh. Tapi ternyata hanya sebentar saja, gak suwe podo jagongan maneh
nduk teras kamar, nerusno guyon sambil sekali sekali membahas ancang ancang
rencana reuni suk mari riyoyo nduk Tretes. Acara
makan malam terasa istimewa karena menunya khas Lombok, yoiku ayam taliwang dan
plecing kangkung. Selesai makan, masih dilanjutkan ngobrol ngobrol santai,
sementara di halaman hotel sudah cemepak pedagang kaos, kain kain Lombok, mutiara dan pernik perniknya. Acara tuku oleh
oleh terus berlanjut esok harinya. Acara hari terakhir adalah mengunjungi Taman
Narmada, sebuah peninggalan kerajaan Bali yang ada di Lombok.
Disitu dikenal dengan mata air yang konon bisa membuat awet muda. Konco konco nganti antri untuk bisa raup
supoyo awet enom. Di pelataran taman, acara mborong oleh oleh masih berlanjut.
Sing merasa tas-e wis
kuebek, lngsung tuku tas maneh he he he. Acara makan siang sekaligus merupakan
acara perpisahan dengan keluarga Hair Purnomo, karena mereka berdua segera mau
balik ke Bayan, Lombok Utara. Karena waktu untuk check in ke Bandara masih
cukup lama, oleh pak Budi dari Damri, kami diajak jalan-jalan ke desa Sade yang
merupakan desa tradisional suku Sasak dan juga ke tempat tenun tradisional
Lombok. Memang indah indah, tapi regane lumayan larang larang. Maklum semuanya hand-made, buatan tangan yang perlu
keahlian dan ketekunan untuk menenun, menciptakan karya budaya yang indah. Dari tempat itu kami dibawa terus ke arah
selatan, sampai di pantai Kuta. Berlainan dengan pantai Kuta di Bali yang sudah
terpolusi oleh wisatawan, pantai Kuta di Lombok tampak masih sepi dan asli.
Bahkan cenderung masih perawan, namun pemandangannya tak kalah indah dan pasir
pantainya yang kuning malah dijual belikan dalam botol. Dari Kuta, langsung menuju Bandara dan
berakhirlah acara dolan nggolek howo padang
nyang Lombok. Dari bandara internasional
Lombok, rombongan Jombang-Suroboyo terbang duluan dengan Wings Air, sedangkan
rombongan Jakarta
menyusul dengan Lion Air. Terima kasih cak Gempur dan keluarga!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar