Pada
6 Agustus 2016, malam hari, sahabat kita Triyowulyono yang akrab dipanggil
Tiwul, mendahului kita untuk selama lamanya memenuhi panggilan Illahi. Setelah
cukup lama menderita berbagai komplikasi akibat diabetesnya, keluar masuk rumah
sakit di Kediri maupun di Mojowarno, sahabat kita tersebut menyerah. Meninggal
dunia di Kediri, jenazahnya kemudian dibawa dan dimakamkan di Mojowarno, tempat
kelahirannya pada tanggal 7 Agustus 2016. Tiwul yang beberapa tahun lalu pernah
berkomentar mengenai teman teman yang meninggal dunia, bahwa “kok saiki antrean-ne
tambah cepet yo….” pada akhirnya menyusul dalam antrean.
Dikenal
sebagai pribadi yang grapyak dan mudah bergaul dengan siapa saja, Tiwul
menamatkan kuliahnya di Fakultas Biologi Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga dan kemudian perjalanan hidupnya memang diabdikan di dunia pendidikan.
Sebagai seorang alumnus Mojowarno, Tiwul kemudian terpanggil untuk ikut
mendirikan SMA Kristen di Mojowarno dan menjadi kepala sekolahnya. Sebelum ada
SMA, anak anak lulusan SMP Mojowarno harus melanjutkan sekolah lanjutan atas ke
Jombang dengan sepedahan atau kost nduk Jombang, seperti yang dialami Tiwul dan
konco konco alumni Mojowarno lainnya. Beberapa teman mengingat, Tiwul dulu kost
di kediaman Bu Bidan Inswiadi bersama Parno, dan mondar mandir dengan sepeda
tanpa boncengan. Kalau mau bonceng Tiwul harus duduk di plagrangan depan.
Tiwul
juga aktif semasa SMA sebagai pemain inti volley ball dan sepakbola. Ia juga
pemain gitar dan penyanyi yang bersuara merdu. Semasa mahasiswa, ia juga aktif
di organisasi kemahasiswaan antara lain menjadi
Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Biologi bahkan pernah menjadi Ketua Dewan
Mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana.
Hampir
pada setiap acara reuni, almarhum senantiasa ikut hadir. Terakhir kali ketika
reuni di Tretes, meskipun dengan kondisi kesehatan yang sudah tidak terlalu
sehat, ia ikut hadir. Teman teman yang ikut menikmati tontonan di wahana Taman
Safari Prigen, yang harus menempuh perjalanan kaki lumayan jauh dan menanjak,
kiranya menjadi saksi betapa almarhum berusaha keras untuk tetap ikut, meskipun
tertatih tatih dan harus digandeng teman teman. Ketika mbak Nana yang
berdomisili di Amerika berlibur ke Malang, dan mendengar kabar bahwa ada konco
konco yang mau ketemuan ke Malang, Tiwul ikut hadir karena merasa mbak Nana
adalah sahabatnya ketika SMA. Saking penginnya ketemu, dia nekad naik kendaraan
umum ke Kandangan dan nyegat mobilnya Robbie di situ. Sebagai seorang sahabat,
almarhum memang seorang yang sungguh menyenangkan. Pada akhirnya ia pun harus
menyerah pada kehendakNya, menyusul teman teman yang lebih dahulu kapundut. Berita
duka pun menyebar dengan cepat dari teman ke teman yang mengantar kepergiannya
dengan doa dan duka. Almarhum meninggalkan seorang isteri dan 4 putera (satu
diantaranya sudah meninggal). Selamat jalan Wul….
…(yt/rob)